Kamis, 24 Desember 2009

bupati madiun ditusuk obeng

Bupati Muhtarom Ditusuk
MADIUN - Bupati Madiun Muhtarom nyaris menjadi korban pembunuhan. Orang nomor satu di Pemkab Madiun itu, ditusuk warga saat menggelar kegiatan Bakti Sosial Terpadu (BST), di Desa Kincang Wetan, Jiwan, Selasa (22/12) malam. Pelakunya, Yunus Trianto alias Yuyun, 31, warga Jalan Nias, RT 60 RW 10, Kincang Wetan adalah pria yang nekat menusukkan obeng ke perot bupati.

Penuturan Sutrisno, warga RT 23 RW 4, Desa Kincang Wetan yang mengikuti acara sarasehan dalam BST yang ditutup dengan hiburan campursari Kirun, peristiwa terjadi sekitar pukul 22.30 WIB. Usai bupati Muhtarom menutup sarasehan dan dilanjutkan hiburan, Yunus alias Yuyun naik ke panggung.

Setelah itu, pelaku mengajak bersalaman Yohanes Ristu Nugroho, ketua DPRD. Tapi, kata dia, mendadak Yuyun mengeluarkan obeng dan langsung menusuk bupati yang berada di sebelah kanan Yohanes Ristu Nugroho. ''Senjatanya untuk menusuk itu obeng. Yuyun langsung diamankan polisi. Banyak warga yang menyaksikan langsung peristiwa itu,'' kata Sutrisno, saat ditemui di lokasi BST, kemarin (23/12).

Hal senada disampaikan Yohanes Ristu Nugroho, ketua DPRD Kabupaten Madiun. Dijelaskan, saat dirinya dan pejabat lain termasuk bupati Madiun Muhtarom fokus melihat penampilan Kirun, seorang warga naik panggung. Warga yang diketahui bernama Yuyun itu lantas mendekat ke dirinya dan tangan kanannya mengajak bersalaman.

Belum sempat berjabat tangan, Yuyun menarik tangannya (membatalkan salaman, Red). Saat itu, Ristu melihat Yuyun mengambil sesuatu dari tangan kirinya yang disembunyikan. ''Belum sempat berjabat tangan dengan saya, dia langsung mengarahkan pandangannya ke bupati dan berusaha menusuk dengan obeng,'' ujarnya.

Kapolres Madiun AKBP Umar Effendi kemarin langsung melakukan gelar perkara sekitar pukul 12.00 WIB di Mapolres. ''Telah terjadi percobaan pembunuhan tau penganiayaan terhadap Bupati Madiun, Muhtarom, '' kata kapolres.

Menurut kapolres, peristiwa terjadi sekitar pukul 23.30 WIB. Saat peristiwa terjadi, pejabat pemkab dan muspida duduk di panggung. Yohanes Ristu Nugroho duduk disebelah kiri bupati. Sedangkan, Wabup Madiun Iswanto ada di sebelah kanan bupati. Kapolres Madiun berada di sisi wabup Iswanto. Di belakang tempat duduk itu, ada sejumlah pejabat pemkab. ''Pelaku berusaha mengajak bersalaman pak Ristu (Yohanes Ristu Nugroho, Red) tapi tak jadi bersalaman, malah menusuk bupati. Ada dua kali penusukan dengan senjata obeng,'' papar Umar Affendi.

Perwira dengan melati dua di pundak itu menjelaskan kronologi penusukan. Pertama, tusukan pelaku itu mengenai perut bupati di bagian kanan. Senjatanya berupa obeng. Yuyun kemudian melakukan penusukan kedua, tapi mengenai meja yang berada di depan tempat duduk bupati. Pelaku kemudian akan melakukan penusukan ketiga kalinya, tapi digagalkan wabup Iswanto, yang duduk disebelah kiri Muhtarom. ''Iya sudah mengenai perut. Tadi malam (kemarin malam, Red) sudah dilakukan visum dan memang ada luka memar di bagian perut sebelah kanan. Tapi luka itu tak serius sehingga bupati tetap menjalankan aktivitasnya hari ini (kemarin, Red),'' tutur mantan Kapolres Sumenep itu.

Umar Effendi menambahkan, pelaku sudah ditahan dan diperiksa polisi. Dia mengaskan, saat menjalankan aksinya, pelaku dalam keadaan sehat. Tak terpengaruh minuman keras ataupun gangguan kejiwaan. ''Pelakunya sehat, tapi kami bakal memeriksakan ke psikiater soal kondisi kejiwaan pelaku,'' jelasnya.

Yunus alias Yuyun bakal dijerat dengan UU Darurat Nomor 12/1951 tentang senjata, pasal percobaan pembunuhan dan penganiayaan. Polisi juga akan terus mengambangkan kasus ini. ''Ada tiga sangkaan, UU darurat, percobaan pembunuhan dan penganiayaan,'' jelasnya.

Dikatakan, barang bukti yang didapatkan Polres Madiun berupa obeng, ponsel merek Nokia 7610, sebuah songkok, dompet doreng dan jaket parasit. Terkait prosedur tetap pengamanan, kapolres mengatakan, polisi sudah menjalankannya, dengan menerjunkan 30 personel dari jajaran Polsek Jiwan. Obeng yang dipakai Yuyun panjangnya sekitar 15 centimeter.

Menurut Umar Effendi, kejadian itu di luar dugaan. Sebab, acara BST yang sudah dilakukan selama sembilan tahun itu selama ini tak muncul permasalahan. ''Pengamanan sudah dilakukan, tapi itu di luar panggung. Sedangkan kejadian ini berada di panggung. Pak bupati biasa srawung dan terbuka dengan warga saat kegiatan, sehingga benar-benar di luar dugaan,'' jelas kapolres.

Selain dari jajaran Polri, pengamanan juga ada dari Satpol PP dan Linmas. Heru Kuncoro, Kasubag Protokol Pemkab Madiun mengatakan, kejadian itu cukup mengejutkan protokoler. Sebab, di luar dugaan ada warga yang nekat melakukan penusukan. Pihak protokol tidak mengira lelaki yang memakai hem rapi dan bersongkok serta terlihat santun saat berjalan menuju bupati, nekat melakukan penusukan. ''Kami tak mengira penusukan itu terjadi. Sebab lelaki itu sangat santun,'' katanya.

Dikatakan, soal pengamanan, bupati memang tak ingin show of force. Dikatakan pengamanan bupati khusus kegiatan BST hanya dilakukan Satpol PP dan ajudan yang ada di ring satu. ''Sudah biasa bapak itu bersalaman dan warga, dan kami juga tak menaruh curiga ketika ada warga naik ke panggung mengajak salaman,'' katanya.

Karena Anggap Janji Bupati Muluk-muluk

Apa motif yang melatarbelakangi Yunus Trianto alias Yuyun menusuk Bupati Madiun Muhtarom? Saat gelar perkara, Kapolres Madiun AKBP Umar Effendi membeber hasil pemeriksaan terhadap pelaku. Menurutnya, tindakan yang dijerat dengan pasal percobaan pembunuhan itu, dipicu ketidakpuasan pelaku atas janji yang disampaikan bupati. Janji itu, disampaikan Muhtarom saat sarasehan Bakti Sosial Terpadu (BST) di Desa Kincang Wetan, Jiwan. Pelaku tidak puas, karena janji tersebut dinilai terlalu berlebihan alias muluk-muluk.

Saat Umar Effendi membeber motif pelaku, Yunus Trianto alias Yuyun menganggukkan kepalanya. ''Pelaku memang tidak puas dengan janji bupati yang dianggap terlalu berlebihan atau muluk-muluk,'' kata AKBP Umar Effendi, disertai anggukan kepala Yunus, yang berdiri di samping kapolres.

Dikatakan, diduga tak puas atas janji bupati itu, pelaku yang selama sarasehan berada di lokasi kemudian pulang dan mengambil obeng. Setelah itu, pelaku tiba-tiba naik panggung. ''Obeng yang diambil dari rumah itu digunakan untuk melakukan penganiayaan dan upaya percobaan pembunuhan terhadap bupati,'' kata Umar Effendi.

Kapolres mengatakan, dalam sarasehan bupati Muhtarom memang menjawab permintaan warga setempat. Umar Effenfi tak menghitung berapa banyak permintaan warga yang bakal disetujui.

Hanya, dia mencontohkan, ada warga yang meminta bantuan penerangan, wireless untuk masjid dan lainnya. Saat itu, permintaan tersebut memang disetujui bupati. ''Kesiapan bupati atau jawaban itu dianggap oleh pelaku berlebihan. Ini motif yang sedang kami dalami. Untuk motif muatan politis atau yang lain belum ada. Tapi kami bakal terus melakukan pengembangan,'' papar kapolres.

Hal yang sama dikatakan Agus Pramono, Kepala Bakesbangpol dan Linmas Kabupaten Madiun. Dikatakan, saat BST biasanya bupati menampung aspirasi warga. Semua yang dianggap mampu direalisasikan, langsung dibantu. Tapi, realisasinya sepekan setelah BST. ''Kalau khusus untuk fisik, harus melalui proposal. Kalau yang bersifat memberi pelatihan dan pemberdayaan, itu bakal langsung direalisasikan. Ada banyak yang disetujui, datanya di Bappeda,'' jelasnya.

Soal motif, Agus belum bisa komentar dan menyerahkannya kepada pihak kepolisian. Agus menambahkan, aksi penusukan itu terjadi setelah acara sarasehan atau dialog antara bupati dan warga. ''Obeng itu dibawa di tangan kiri, lantas ditusukkan ke pak bupati,'' ungkapnya.

Dikatakan, penusukan ketiga digagalkan wabup Iswanto dan setelah itu pelaku diamankan. Pelaku, kata Agus nyaris menjadi amukan kemarahan warga yang merasa malu dengan tindakan nekat Yuyun. Beruntung, Yuyun langsung diamankan polisi. ''Warga setempat merasa malu dan nyaris menghakimi, tapi beruntung ada petugas kepolisian,'' jelasnya.

Informasi yang dihimpun, pelaku sempat menjalani perawatan di UGD RSUD dr Soedono Madiun. Karena, warga Desa Kincang Wetan itu mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya. ''Pasien dilarikan ke UGD pukul 24.00 WIB oleh pihak berwajib,'' ujar Endang Harijanti, salah seorang.

Luka di tubuh Yuyun, adalah memar di dada dan perut. Selain itu, bibir sebelah kiri robek dua centimeter. ''Setelah kami obati, pasien langsung dibawa pulang (keluar dari rumah sakit, Red),'' jelasnya.

Tri Susanto, kepala Desa Kicang Wetan menyayangkan tindakan Yuyun. Dia tak mengira, Yuyun yang bekerja sebagai penjual plastik menemani istrinya di Pasar Sumur Tiban, Kicang, nekat melakukan penusukan. ''Padahal selama ini kami kenal dia baik, tapi kok nekat berbuat onar,'' katanya di lokasi BST, kemarin

Radar Madiun sempat mendatangi rumah Yunus alias Yuyun. Jaraknya, sekitar 50 meter dari lapangan pusat kegiatan BST. Rumah bercat hijau yang berada di dekat Masjid Baiturrahman itu kemarin tampak sepi.

Salam dan Winarni, kedua orang tua Yuyun menemui menemui wartawan koran ini dengan hangat. Mereka menyampaikan permohonan maaf kepada bupati atas tindakan anaknya. ''Saya mohon maaf pak bupati. Saya juga tak mengira anak saya berbuat nekat seperti itu,'' kata Winarni.

Dikatakan, dia tidak menaruh curiga pada anaknya. Winarni mengaku pada saat malam sarasehan dan hiburan ada di lokasi. Bahkan, Winarni sempat mengetahui ada kericuhan, dan seorang warga diamankan polisi. ''Saya sempat pulang ke rumah. Yuyun tidak ada setelah itu saya mencari tahu kemana dia pergi. Ternyata dapat kabar anak saya yang diamankan polsisi itu,'' katanya.

Winarni tak menyangka putra keduanya yang pendiam itu nekat melakukan aksi percobaan pembunuhan terhadap bupati. Bahkan, selama di rumah, anaknya tak pernah sekalipun berkata dendam atau menyinggung nama bupati. Winarni sendiri mengaku belum pernah ketemu bupati. Begitu pula anaknya. ''Anak saya tak punya dendam dengan bupati, jika tak ada BST ini, pasti tak ketemu bupati,''katanya.

Salam, ayah Yuyun mengatakan, anaknya berperilaku baik sehari-harinya. Setiap hari mengantarkan Hanik, istrinya ke pasar untuk berjualan plastik. Yuyun juga jarang keluar rumah. Anak Yuyun satu orang, bernama Ridwan yang kini duduk di bangku kelas III SD. ''Saya kaget sekali mendengar anak saya menjadi pelaku penusukan. Saya serahkan proses ini kepada pihak kepolisian, saya pasrah,'' ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar